Ombak Alternatif di tengah-tengah lautan Pestapora 2023

Teks oleh Muhammad Azka Muharam

Foto/Video oleh Galih Suryana Putra

Durasi membaca 3 menit

Setelah sukses digelar pada tahun lalu, perhelatan festival musik Pestapora kembali hadir di tahun ini dan bertempat di JIEXPO Kemayoran pada tanggal 22, 23, & 24 September 2023. Menampilkan hampir ratusan penampil dalam waktu tiga hari mulai dari musisi besar hingga indie pada 9 stage berbeda. Kiki Ucup sebagai creator dari Pestapora mengusung konsep menarik yaitu nostalgia, contohnya seperti Noah membawakan set Peterpan, The SIGIT dengan set Visible Idea of Perfection nya, dan juga Goodnight Electric membawakan set Love and Turbo Action. 

 

Yang kembali menarik perhatian adalah Alternative Stage yang digelar oleh Microgram dan spesial pada hari Sabtu berkolaborasi dengan Paguyuban Crowdsurf. 25 band yang tampil merupakan pilihan dari Microgram dan Paguyuban Crowdsurf yang diambil hampir dari seluruh Indonesia. Banyak band-band baru yang segar dari berbagai macam genre. 

 

Hari pertama terdapat 12 penampil dan Kanekuro menjadi band pertama yang membuka Mircrogram Alternative stage. Band post-punk / alternative asal Bali ini memberikan penampilan solidnya. Salah satu yang menjadi watchlist penulis di hari pertama adalah Swellow yang berasal dari kota hujan alias Bogor. Tahun ini seolah-olah menjadi comeback moment dari band-band asal Bogor dan Swellow adalah salah satunya. Baru saja merilis album penuh perdana mereka “Katus” pada bulan Juni lalu dan akhirnya berkesempatan untuk menonton mereka secara langsung pada Microgram Alternative Stage. 

 

Swellow berhasil membuat ruangan penuh sesak dan membuat semua orang bernyanyi bersama dan juga moshing. Sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan saat mereka membawakan tembang-tembang andalan mereka seperti “Berita Harian”, “Simpul” dan “Tak Berdaya”.

Terdapat pula nama-nama seperti Lair, Peonies, Bedchamber dan juga Milledenials yang membawakan penampilan yang solid. Namun perhatian kami terfokus kepada VT-OO dengan dentuman suara bass dan synth khas EBM. Terasa khas sound-sound industrial yang kotor menyatu dengan lirik-lirik chanting yang energetik. Meskipun seorang diri di depan panggung, energi dari VT-OO seperti menonton full band. Tembang-tembang seperti “Sabotase”, “Ultra Kolosal”, serta “Serikat” terdengar lebih hidup ketika dibawakan secara langsung. 

 

Pada hari kedua, seluruh band yang tampil di Microgram Alternative Stage spesial dikurasi oleh Paguyuban Crowdsurf. Nama-nama seperti Godplant, Rekah, Peach, Amerta, Creve Overte! dan Tarrkam berhasil membuat gempar. Hari kedua ditutup oleh penampilan dari Dekadenz. 

 

Hari terakhir pun semakin ramai dengan penampilan dari El Karmoya yang berhasil menjadi magnet untuk pengunjung yang berseliweran, kemudian band rock asal Bandung yaitu LAMEBRAIN yang akhirnya kembali ke panggung live membawakan set yang solid. Serta penampilan dari sang internet-meme Mamang Kesbor menjadi sorotan pula di Microgram Alternative stage. 

 

Sebuah pengalaman 3 hari yang tak akan terlupakan, ditunggu untuk Microgram Alternative Stage pada Pestapora tahun depan, tentunya dengan line-up yang lebih menggelegar lagi, mari-mari berpesta-pesta pora! (jingle yang terus terngiang hingga sekarang).

Teks oleh Muhammad Azka Muharam

Foto/Video oleh Galih Suryana Putra

Durasi membaca 3 menit

Setelah sukses digelar pada tahun lalu, perhelatan festival musik Pestapora kembali hadir di tahun ini dan bertempat di JIEXPO Kemayoran pada tanggal 22, 23, & 24 September 2023. Menampilkan hampir ratusan penampil dalam waktu tiga hari mulai dari musisi besar hingga indie pada 9 stage berbeda. Kiki Ucup sebagai creator dari Pestapora mengusung konsep menarik yaitu nostalgia, contohnya seperti Noah membawakan set Peterpan, The SIGIT dengan set Visible Idea of Perfection nya, dan juga Goodnight Electric membawakan set Love and Turbo Action. 

 

Yang kembali menarik perhatian adalah Alternative Stage yang digelar oleh Microgram dan spesial pada hari Sabtu berkolaborasi dengan Paguyuban Crowdsurf. 25 band yang tampil merupakan pilihan dari Microgram dan Paguyuban Crowdsurf yang diambil hampir dari seluruh Indonesia. Banyak band-band baru yang segar dari berbagai macam genre. 

 

Hari pertama terdapat 12 penampil dan Kanekuro menjadi band pertama yang membuka Mircrogram Alternative stage. Band post-punk / alternative asal Bali ini memberikan penampilan solidnya. Salah satu yang menjadi watchlist penulis di hari pertama adalah Swellow yang berasal dari kota hujan alias Bogor. Tahun ini seolah-olah menjadi comeback moment dari band-band asal Bogor dan Swellow adalah salah satunya. Baru saja merilis album penuh perdana mereka “Katus” pada bulan Juni lalu dan akhirnya berkesempatan untuk menonton mereka secara langsung pada Microgram Alternative Stage. 

 

Swellow berhasil membuat ruangan penuh sesak dan membuat semua orang bernyanyi bersama dan juga moshing. Sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan saat mereka membawakan tembang-tembang andalan mereka seperti “Berita Harian”, “Simpul” dan “Tak Berdaya”.

Terdapat pula nama-nama seperti Lair, Peonies, Bedchamber dan juga Milledenials yang membawakan penampilan yang solid. Namun perhatian kami terfokus kepada VT-OO dengan dentuman suara bass dan synth khas EBM. Terasa khas sound-sound industrial yang kotor menyatu dengan lirik-lirik chanting yang energetik. Meskipun seorang diri di depan panggung, energi dari VT-OO seperti menonton full band. Tembang-tembang seperti “Sabotase”, “Ultra Kolosal”, serta “Serikat” terdengar lebih hidup ketika dibawakan secara langsung. 

 

Pada hari kedua, seluruh band yang tampil di Microgram Alternative Stage spesial dikurasi oleh Paguyuban Crowdsurf. Nama-nama seperti Godplant, Rekah, Peach, Amerta, Creve Overte! dan Tarrkam berhasil membuat gempar. Hari kedua ditutup oleh penampilan dari Dekadenz. 

 

Hari terakhir pun semakin ramai dengan penampilan dari El Karmoya yang berhasil menjadi magnet untuk pengunjung yang berseliweran, kemudian band rock asal Bandung yaitu LAMEBRAIN yang akhirnya kembali ke panggung live membawakan set yang solid. Serta penampilan dari sang internet-meme Mamang Kesbor menjadi sorotan pula di Microgram Alternative stage. 

 

Sebuah pengalaman 3 hari yang tak akan terlupakan, ditunggu untuk Microgram Alternative Stage pada Pestapora tahun depan, tentunya dengan line-up yang lebih menggelegar lagi, mari-mari berpesta-pesta pora! (jingle yang terus terngiang hingga sekarang).

Teks oleh Muhammad Azka Muharam

Foto/Video oleh Galih Suryana Putra

Durasi membaca 3 menit

Setelah sukses digelar pada tahun lalu, perhelatan festival musik Pestapora kembali hadir di tahun ini dan bertempat di JIEXPO Kemayoran pada tanggal 22, 23, & 24 September 2023. Menampilkan hampir ratusan penampil dalam waktu tiga hari mulai dari musisi besar hingga indie pada 9 stage berbeda. Kiki Ucup sebagai creator dari Pestapora mengusung konsep menarik yaitu nostalgia, contohnya seperti Noah membawakan set Peterpan, The SIGIT dengan set Visible Idea of Perfection nya, dan juga Goodnight Electric membawakan set Love and Turbo Action. 

 

Yang kembali menarik perhatian adalah Alternative Stage yang digelar oleh Microgram dan spesial pada hari Sabtu berkolaborasi dengan Paguyuban Crowdsurf. 25 band yang tampil merupakan pilihan dari Microgram dan Paguyuban Crowdsurf yang diambil hampir dari seluruh Indonesia. Banyak band-band baru yang segar dari berbagai macam genre. 

 

Hari pertama terdapat 12 penampil dan Kanekuro menjadi band pertama yang membuka Mircrogram Alternative stage. Band post-punk / alternative asal Bali ini memberikan penampilan solidnya. Salah satu yang menjadi watchlist penulis di hari pertama adalah Swellow yang berasal dari kota hujan alias Bogor. Tahun ini seolah-olah menjadi comeback moment dari band-band asal Bogor dan Swellow adalah salah satunya. Baru saja merilis album penuh perdana mereka “Katus” pada bulan Juni lalu dan akhirnya berkesempatan untuk menonton mereka secara langsung pada Microgram Alternative Stage. 

 

Swellow berhasil membuat ruangan penuh sesak dan membuat semua orang bernyanyi bersama dan juga moshing. Sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan saat mereka membawakan tembang-tembang andalan mereka seperti “Berita Harian”, “Simpul” dan “Tak Berdaya”.

Terdapat pula nama-nama seperti Lair, Peonies, Bedchamber dan juga Milledenials yang membawakan penampilan yang solid. Namun perhatian kami terfokus kepada VT-OO dengan dentuman suara bass dan synth khas EBM. Terasa khas sound-sound industrial yang kotor menyatu dengan lirik-lirik chanting yang energetik. Meskipun seorang diri di depan panggung, energi dari VT-OO seperti menonton full band. Tembang-tembang seperti “Sabotase”, “Ultra Kolosal”, serta “Serikat” terdengar lebih hidup ketika dibawakan secara langsung. 

 

Pada hari kedua, seluruh band yang tampil di Microgram Alternative Stage spesial dikurasi oleh Paguyuban Crowdsurf. Nama-nama seperti Godplant, Rekah, Peach, Amerta, Creve Overte! dan Tarrkam berhasil membuat gempar. Hari kedua ditutup oleh penampilan dari Dekadenz. 

 

Hari terakhir pun semakin ramai dengan penampilan dari El Karmoya yang berhasil menjadi magnet untuk pengunjung yang berseliweran, kemudian band rock asal Bandung yaitu LAMEBRAIN yang akhirnya kembali ke panggung live membawakan set yang solid. Serta penampilan dari sang internet-meme Mamang Kesbor menjadi sorotan pula di Microgram Alternative stage. 

 

Sebuah pengalaman 3 hari yang tak akan terlupakan, ditunggu untuk Microgram Alternative Stage pada Pestapora tahun depan, tentunya dengan line-up yang lebih menggelegar lagi, mari-mari berpesta-pesta pora! (jingle yang terus terngiang hingga sekarang).

Remind me when stock is available